29 Januari 2010

DIALOG ANTAR MADZHAB (BAG.3)



"Benarkah apa yang dikatakan al-Alawi, bahwa kaum Ahlus Sunnah berkata "Orang yang menghimpun al-Qur'an adalah Utsman?" tanya raja kepada wazir.


"Demikian para ahli tafsir dan sejarah mencatatnya" jawab wazir.2)


"Ketahuilah, kaum Syi'ah percaya bahwa al-Qur'an telah terhimpun pada zaman Nabi Saw sebagaimana yang anda lihat sekarang. Tidak kurang dan tidak lebih satu hurufpun di dalamnya. Adapun Ahlus Sunnah berkata bahwa dalam al-Qur'an terdapat penambahan dan pengurangan serta pendahuluan dan pengakhiran, dan Rasulullah Saw tidak menghimpunnya. Tetapi, Utsmanlah yang telah menghimpunnya setelah ia memimpin pemerintahan dan menjadi raja" kata al-Alawi.
"Dengarlah anda -wahai raja- bahwa orang ini tidak menyebutkan Utsman sebagai khalifah, tetapi sebagai raja" kata al-Abbasi menggunakan kesempatan.


"Ya Utsman memang bukan khalifah" jawab al-Alawi singkat.


"Mengapa demikian?" tanya raja.


"Sebab, kaum Syi'ah percaya akan batilnya kekhalifahan Abu Bakar, Umar dan Utsman" jawab al-Alawi.


"Mengapa demikian?" tanya raja lagi.


Sebab Utsman menduduki kursi kepemimpinan dalam pemerintahan berdasarkan permusyawarahan enam orang yang ditentukan Umar, dan ternyata tidak semua orang yang bermusyawarah itu memilih Utsman. Hanya tiga atau dua orang diantara mereka. Dengan demikian, hukum kekhalifahan Utsman bersandar kepada Umar. Kemudian Umar sendiri memimpin pemerintahan berdasarkan penunjukan Abu Bakar. Dengan demikian, hukum kekhalifahan Umar hanya bersandar kepada Abu Bakar seorang. Adapun kekhalifahan Abu Bakar berdasarkan pilihan kelompok kecil sahabat dibawah tajamnya pedang dan kekerasan. Dengan demikian, hukum kekhalifahan Abu Bakar bersandar pada senjata dan kekuatan. Karena itulah, Umar berkata "Sesungguhnya baiat Abu Bakar berlangsung secara tiba-tiba tanpa dipikirkan terlebih dahulu (faltah). Namun Allah swt berkenan memelihara kaum Muslim dari akibat buruknya. Barangsiapa mengulangi perbuatan faltah itu hendaklah ia dibunuh3).


Abu Bakar sendiri berkata "Hentikan aku dari jabatanku ini. Aku orang yang tak layak bagi kalian, padahal Ali berada diantara kalian 4).


Karena itulah, kaum Syi'ah percaya bahwa kekhalifahan mereka itu batil dari dasarnya", papar al-Alawi.


"Benarkah apa yang diucapkan al-Alawi tentang perkataan Abu Bakar dan Umar itu?" tanya raja kepada wazirnya.


"Benar, para ahli sejarah menyebutkan demikian," jawab wazir singkat.


"Lalu, mengapa kita menghormati mereka bertiga?" tanya raja.


"Demi mengikuti pendahulu kita yang saleh," jawab wazir.


"Hai raja, tanyakanlah kepada wazir; kebenarankah yang lebih berhak kita ikuti atau pendahulu kita? Tanya al-Alawi. "Bukankah taqlid kepada pendahulu kita yang berlawanan dengan kebenaran itu sudah disitir dalam firman Allah SWT, "Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan kami adalah orang-orang yang mendapat petunjuk dengan mengikuti jejak mereka". (QS Al-Zukhruf 43:22)


"Jika mereka bertiga bukan khalifah-khalifah Rasulullah Saw, lalu siapa khalifah beliau?" tanya raja kepada al-Alawi.


"Khalifah Rasulullah Saw adalah al-Imam Ali bin Abi Thalib," jawab al-Alawi tenang.


"Mengapa demikian?" tanya raja.


"Sebab, Rasulullah Saw telah menetapkan Ali sebagai khalifahnya kelak selagi beliau masih hidup5). Rasulullah Saw telah menunjuk kepada Ali dalam banyak kesempatan. Sebagian dari padanya adalah disuatu tempat antara Makkah dan Madinah yang bernama Ghadir Khum sepulangnya beliau melaksanakan haji wada. Seraya mengangkat lengan Ali, beliau bersabda "Barang siapa yang menjadikan aku sebagai pemimpinnya, maka Ali adalah pemimpinnya juga. Ya Allah, cintailah siapa yang memperwalikannya, dan musuhilah siapa yang memusuhinya. Tolonglah siapa yang menolongnya dan terlantarkanlah siapa yang menelantarkannya".


Kemudian Rasulullah Saw turun dari mimbar dan berkata kepada kaum Muslimin yang saat itu jumlahnya lebih dari seratus dua puluh ribu orang "Sampaikanlah ucapan selamat kepada Ali sehubungan dengan kepemimpinan kaum Mukmin baginya.. Maka merekapun datang satu per satu sambil berkata "Selamat atas anda hai Amirul Mukminin. Kemudian datang pula Abu Bakar dan Umar. Keduanya mengucapkan selamat kepada Ali.


Umar berkata, "Alangkah bahagianya anda, hai Ibnu Abi Thalib. Anda menjadi pemimpinku dan pemimpin setiap Mukmin dan Mukminat" 6).


Dengan demikian, khalifah Rasulullah Saw secara syar'i adalah Ali bin Abi Thalib" jawab al-Alawi menjelaskan.


______________


2) Para ahli sejarah mengatakan bahwa Utsman mengumpulkan mushaf-mushaf Al-Qur’an lalu membakarnya. Yang menyebutkan demikian adalah Bukhari dalam Shahihnya, bab keutamaan-keutamaan al-Qur'an; Baihaqi dalam Sunnannya 2/41; Kanzul Ummal 1/281; dan Takhawi dalam Muskil al-Atsar 3/4… Duhai, kiranya (ia tidak berbuat demikian); Apakah pembakar al-Qur'an berhak menduduki kursi khilafah?; dosa apakah kiranya yang lebih besar dari pada ini?.


3) Al-Shawa'iqul Muhriqah, karangan Ibnu Hajar, hal 8; al-Milal wa al-Nihal, karangan Syahrastani dll.


4) Al-Qusyaji (ulama Sunni) menyebutkan dalam kitabnya Syahru al-Tajrid; juga dalam kitab lainnya.


5) Sumber-sumber yang menyebutkan Rasulullah Saw telah menetapkan Imam Ali sebagai khalifah beliau banyak sekali, diantaranya; Tarikh Ibnu Jarir 2/62; Kanzul Ummal 6/392; Shahih Turmudzi; Shahih Ibnu Majah; Musnad Ahmad bin Hanbal; Mustadrak al-Shahihain; Tafsir al-Razi; Shawa'iq al-Muhriqah.


6) Sebagian ahli sejarah menyebutkannya. Diantara mereka adalah Ahmad bin Hanbal dalam Musnadnya 4/281; al-Razi dalam Tafsirnya, pasal firman Allah "Ya ayyuhar Rasulu baligh…," al-Khatib al-Bagdadi dalam Tarikh Bagdad 8/290; dan Ibnu Hajar dalam Shawa'iqnya hal 107.



( B E R S A M B U N G )

0 komentar:

 
Mari Mencintai Rasul - © 2007 Template feito por Templates para Você