21 Maret 2010

DIALOG ANTAR MADZHAB (BAG.4)



"Kaum Ahlus Sunnah menisbahkan kepada Allah SWT, apa yang tidak pantas dengan kebesaranNya" kata al-Alawi.


"Seperti Apakah itu?" tanya al-Abbasi.


"Seperti mereka mengatakan bahwa Allah SWT berjisim. Dia seperti manusia, bisa tertawa, menangis, bertangan, berkaki, bermata, beraurat, memasukkan kakiNya kedalam neraka di hari kiamat kelak, turun dari langit yang tinggi ke langit dunia dengan mengendarai keledaiNya" kata al-Alawi.


"Apa yang dapat mencegahnya dari berbuat demikian”? Tanya al-Abbasi.

"Bagi kami hadits seperti itu adalah batil, dusta, dan diada-adakan. Sebab, Abu Hurairah telah berdusta atas nama Rasulullah Saw hingga Umar pun mencegah Abu Hurairah dari mengutip hadits" kata al-Alawi.


"Benarkah Umar mencegah Abu Hurairah dari mengutip hadits?" tanya raja kepada wazir.


"Benar. Umar mencegahnya, sebagaimana disebutkan dalam kitab-kitab sejarah" jawab wazir.


"Sebagian dari khurafat-khurafat dan kebatilan-kebatilan kalian Ahlus Sunnah adalah bahwa kalian berkata, "Sesungguhnya Allah SWT memaksa hamba-hambaNya untuk melakukan perbuatan-perbuatan durhaka dan haram, lalu, Allah SWT menyiksa mereka karenanya" kata al-Alawi.


"Ini benar, Karena firman Allah "Dan barang siapa yang disesatkan Allah …" dan firmanNya yang lain, "Allah mengunci mati hati mereka …" kata al-Abbasi.


"Ucapan anda terdapat dalam al-Qur'an, namun dalam al-Qur'an terdapat sindiran-sindiran dan kiasan-kiasan yang orang harus kembali kepadanya. Yang dimaksud dengan disesatkan Allah SW pada ayat itu adalah bahwa Allah SW meninggalkan dan membiarkan orang yang celaka hingga ia sesat. Yang demikian ini adalah seperti kita berkata "Pemerintah telah menyengsarakan rakyat" artinya pemerintah meninggalkan urusan mereka dan tidak memperhatikannya. Ini yang Pertama. Yang kedua, Tidakkah anda mendengar firman Allah SWT "Sesungguhnya Allah tidak menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji" dan firmanNya yang lain "Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus, namun ada yang bersyukur dan ada pula yang kufur." "Dan Kami telah menunjukinya kepada dua jalan."


Ketiga, secara akal tidak mungkin Allah SWT menyuruh hambaNya berbuat durhaka kemudian Ia menyiksanya. Perbuatan seperti itu tidak mungkin dilakukan oleh manusia yang normal, apalagi jika dilakukan oleh Allah Yang Maha Adil dan Maha Suci. Maha Tinggi Allah dari apa yang dikatakan orang-orang zalim itu dengan ketinggian yang setinggi-tingginya" ujar al-Alawi.


"Tidak, tidak mungkin Allah SWT memaksa manusia berbuat durhaka kemudian menyiksanya. Itu suatu kezaliman yang nyata. Allah SWT disucikan dari kezaliman. Sesungguhnya Allah tidak sekali-kali menganiaya hamba-hambaNya.


Kami tidak menyangka kaum Ahlus Sunnah dapat menerima ucapan al-Abbasi" kata raja.


Raja bertanya kepada wazir, "Apakah kaum Ahlus Sunnah menerima hal demikian?"


"Benar, seperti itulah yang terkenal di kalangan mereka" jawab wazir.


"Mengapa mereka mengatakan apa yang bertentangan dengan akal?" tanya raja.


"Dalam hal ini, mereka mempunyai penakwilan dan alasan-alasan tersendiri" jawab wazir.


"Apapun penakwilan dan alasannya tapi tidak bisa diterima akal, kecuali pendapat Sayyid al-Alawi yang mengatakan bahwa Allah SWT tidak memaksa seorangpun agar ia berada di atas kekafiran dan kedurhakaan" kata raja.


"Kemudian kaum Ahlus Sunnah berkata bahwa Rasulullah Saw ragu terhadap kenabiannya" kata al-Alawi.


"Itu suatu kebohongan yang nyata" kata al-Abbasi.


"Bukankah kalian dapat membaca dalam kitab-kitab kalian bahwa Rasulullah Saw bersabda "Tidak sekali saja Jibril terlambat datang kepadaku, melainkan aku menyangka ia datang kepada Ibnu Khattab" padahal kita memahami dalam al-Qur'an banyak ayat yang menunjukkan bahwa Allah SWT telah mengambil perjanjian dari Nabi Muhammad Saw atas kenabiannya?" tanya al-Alawi.


"Benarkah apa yang dikatakan al-Alawi bahwa hadits itu ada dalam kitab-kitab Ahlus Sunnah?" tanya raja kepada wazir.


"Benar. Hadits itu terdapat dalam kitab-kitab mereka" jawab wazir. 7)


"Ini adalah kekafiran yang nyata." Kata raja.


"Kemudian kaum Ahlus Sunnah mengutip dalam kitab-kitab mereka bahwa Rasulullah Saw mendukung Aisyah diatas kedua bahunya untuk menonton orang-orang yang sedang memainkan genderang dan serulingnya. Apakah hal itu pantas dengan kedudukan Rasulullah Saw sebagai seorang Nabi?" tanya al-Alawi.


"Sesungguhnya hal itu tidak membawa mudharat bagi beliau" jawab al-Abbasi.


"Apakah anda juga melakukan hal itu? sebagai manusia biasa apakah anda juga mendukung istri anda diatas bahu untuk menonton orang-orang yang sedang memainkan genderangnya?" tanya al-Alawi.


"Sesungguhnya orang yang mempunyai sedikit rasa malu, tentu tidak akan berbuat demikian. Apalagi dengan Rasulullah Saw, padahal beliau adalah suri teladannya rasa malu dan iman. Benarkah riwayat itu tercantum dalam buku-buku Ahlus Sunnah?" tanya raja.


"Benar, riwayat itu terdapat dalam kitab mereka" jawab wazir.


"Mengapa kita beriman kepada Nabi yang meragukan kenabiannya?" tanya raja.


"Riwayat itu harus ditakwil" kata al-Abbasi.


"Pantaskah riwayat itu ditakwilkan? Tahukah anda hai raja bahwa kaum Ahlus Sunnah percaya kepada khurafat-khurafat, kebatilan-kebatilan, dan lelucon-lelucon ini?" tanya al-Alawi.


"Kebatilan-kebatilan dan khurafat-khurafat apa saja yang anda maksudkan?" tanya al-Abbasi dengan nada tinggi.


"Sesungguhnya kami telah menerangkan bahwa kalian berkata :


1. Allah SWT seperti manusia, bertangan, berkaki, menangis, tertawa
2. Allah SWT menzalimi hambanya
3. Rasulullah Saw ragu atas kenabiannya,
4. Rasulullah Saw melakukan apa yang tidak dilakukan meski oleh orang-orang biasa, yaitu mendukung Aisyah diatas bahunya untuk menonton permainan genderang.
5. Orang-orang yang memimpin pemerintahan sebelum Ali bin Abi Thalib bersandar kepada pedang dan kekuatan dalam rangka menguatkan kedudukan mereka dan tidak ada syari’at bagi mereka.


"Tinggalkanlah pembicaraan masalah ini, beralihlah kepada masalah yang lain" kata raja memerintahkan.


__________________
7) Disebutkan oleh Ibnu Abi al-Hadid dalam Syarah Nahjul Balaghah dan lain-lainnya.

( B E R S A M B U N G )

[+/-] Selengkapnya...

07 Maret 2010

DOSA SEORANG PEROKOK



Dikisahkan ada tiga orang anak manusia pendurhaka. Yang pertama, dia suka berzina, yang kedua dia sangat suka meminum minuman keras, yang ketiga dia perokok berat. pada suatu hari mereka mendapatkan kesempatan untuk melampiaskan kesukaannya (sesuka hati) selama satu tahun di dalam gua.


Di gua pertama disediakan seratus perempuan cantik. maka masuklah si laki-laki pezina ke dalamnya, untuk bersenang-senang selama satu tahun. Di gua kedua disediakan berbagai macam minuman keras. Masuklah si peminum ke dalamnya untuk mereguk semua minuman itu selama setahun. Di gua yang ketiga disediakan berbagai rokok yang nikmat. Maka masuklah si perokok kedalamnya untuk menghisap semua rokok yang tersedia.


Setelah setahun berlalu, dibukalah pintu gua itu. Dari gua pertama keluar seorang laki-laki yang sudah sangat kepayahan karena menggauli seratus perempuan selama satu tahun, hampir-hampir dia tidak bisa berdiri. Dari gua yang kedua keluarlah seorang laki2 yang juga kepayahan karena dia mabuk berat sekali. Dari pintu gua yang ketiga muncul seorang laki2 yang sehat dan kuat malah dia berlari kesana kemari sambil memaki-maki. Dialah si perokok. Anehnya lagi tak ada satupun rokok yang dia hisap selama dia menghuni gua tadi. Orang2 yang menyaksikannya merasa heran, “mengapa kamu biarkan rokok-rokok kesukaanmu itu?” “Kurang ajar”. kata si perokok, “kalian sekap aku di dalam gua selama setahun dengan rokok2 kesukaanku, tapi kalian lupa berikan aku korek api”.


Pada suatu saat ketiga orang pendurhaka tadi bertobat. Tuhan menerima tobatnya. Lalu semua masuk surga. Si tukang zina ketika masuk surga dia berbisik kepada malaikat, apakah ada bidadari surga yang diperuntukkan baginya. Tentu, kata malaikat. Dan kemudian orang itu ditemani seribu bidadari.


Si pemabuk ketika masuk surga, dia bertanya kepada malaikat, apakah ada minuman keras di surga. Tentu, kata malaikat di surga pasti segala ada termasuk minuman keras yang tidak memabukkan. Lalu diberikan kepada dia segudang minuman.


Si perokok ketika masuk surga, dia bertanya kepada malaikat, apakah di surga juga ada rokok? Pasti, kata malaikat. Lalu diberikan segudang rokok kesukaan dia. setelah dia keluarkan sebatang rokok untuk dihisap, lagi2 dia tidak menemukan api untuk menyulutnya. Lalu dia bertanya lagi pada malaikat. “Tuan di surga ini segala ada”. kata malaikat, “kecuali satu, yaitu api”. “Sial, kata si perokok. “Lalu dimana yang ada api?”…….”Begini tuan, kalau Anda perlu api, itu adanya di neraka. Anda keluar dari pintu surga ini, nanti di luar Anda menyebrang jalan. Disitu ada pintu lagi, lalu masuklah kedalamnya, pasti Anda akan dapatkan api…….” Konon si perokok itu tidak pernah balik lagi ke surga. Surga bagi si perokok bukan tempat yang menyenangkan karena tidak ada apinya.
Oleh karena itu jika anda tidak ingin menemui kesulitan dikemudian hari, maka mulai hari ini sebaiknya anda berhenti merokok.


[+/-] Selengkapnya...

31 Januari 2010

SAHABAT YANG PERNAH MENGGANTIKAN NABI SAW



Setiap kali memimpin suatu peperangan, Nabi saw selalu meninggalkan kota Madinah dibawah kepemimpinan orang-orang yang beliau anggap mampu untuk melindungi kaum wanita, anak-anak dan orang tua.
Berikut ini daftar beberapa orang sahabat diantaranya yang pernah mendapat tugas menggantikan beliau :


1. Sa’ad bin Ubadah (ketua suku Khajraj, dari kalangan Anshar) selama 15 hari ketika Nabi saw sedang tidak ada di Madinah.
2. Sa’ad bin Mu’ad (pembesar suku Aus, dari kalangan Anshar).
3. Abu Salamah al Makhzumi, dalam perang Dzul Asyirah (Badr Shugra).
4. Abdullah bin Ummi Maktum dalam perang Badr Kubra, selama 19 hari, dan juga dalam perang Uhud di tahun keempat Hijriah.
5. Abdullah bin Rawahah, dalam perang badar ketiga selama 16 hari.
6. Pada tahun kelima Hijriah, Zaid bin Haritsah bertugas menjaga kota Madinah ketika Nabi saw berperang dalam peperangan Bani Mustalaq di wilayah yang bernama al-Muraisi’i.
7. Abu Rahmi al-Giffari, saat peperangan Bani Quraidhah.
8. Tahun keenam Hijriah, Ibnu Ummi Maktum saat peperangan Bani Lihyan selama 14 hari dan juga saat perang Dzu Gharad selama 5 hari.
9. Tahun ketujuh Hijriah, Nabi saw menugaskan Siba’ bin Ghurfuthah saat perang Khaibar.
10. Tahun kedelapan Hijriah, Nabi saw menugaskan menantunya sendiri Ali bin Abi Thalib saat perang Tabuk, walaupun Nabi saw tidak ikut pergi ke medan perang (perang Tabuk adalah sebelum perang terakhir Nabi saw yaitu ekspedisi Usamah).


Setelah kita telusuri pengganti-pengganti Nabi di kota Madinah, ternyata selama kurang lebih 27 kali beliau meninggalkan kota tersebut walaupun dalam tempo yang sangat singkat (seperti perang Uhud hanya beberapa kilometer dari Madinah), beliau selalu menentukan orang-orang sebagai penggantinya untuk melindungi kota dari serangan-serangan yang tak terduga. Bahkan itu juga dilakukan pada perang Khandak (parit). Padahal perang Khandak terjadi di kota Madinah itu sendiri.


Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa tak satu hari pun Nabi saw meninggalkan kota Madinah tanpa menunjuk penggantinya selama beliau tidak ada di tempat. Nabi saw tidak pernah teledor dalam masalah kepemimpinan.


Nah, sekarang yang menjadi pertanyaan: Setelah selama 23 tahun beliau mendidik dan membina umatnya, apakah mungkin beliau akan meninggalkan umatnya untuk selama-lamanya begitu saja tanpa ada orang yang ditunjuk untuk menggantikan kepemimpinannya?


Alhamdulillah kita semua dikaruniai oleh Allah swt berupa akal sehat, dan dengan menggunakan akal sehat tentu tidak sulit untuk menjawab pertanyaan diatas.


_________________
Sumber :
Ma’alim al-Madrasatain, I hal.281-286, al-Mas’udi, at-Tanbih wa al-Isyraf

[+/-] Selengkapnya...

 
Mari Mencintai Rasul - © 2007 Template feito por Templates para Você