Asal Usul si Bahlul
“Dasar ente bahlul!.” Pernahkah anda mendengar kelakar seperti ini? Ya istilah ini biasanya digunakan oleh masyarakat keturunan Arab yang ada di Indonesia.
Tapi siapa dan dari manakah si Bahlul yang cukup popular itu? Tokoh fiktifkah dia?
Bahlul lahir di Kufah, Irak. Nama aslinya adalah Wahab bin Amr. Jadi Bahlul adalah benar-benar eksis yang hidup pada zaman kekhalifahan Abbasiyah yaitu pada masa khalifah Harun ar Rasyid.
Si Bahlul adalah tokoh yang controversial banyak mengundang tanggapan yang berbeda-beda. Sebagian masyarakat mengatakan bahwa si Bahlul itu agak rada-rada sinting begitu, tapi sebagian yang lain mengatakan bahwa si Bahlul itu orang yang arif bijaksana bahkan ada yang memuji-muji bahwa si bahlul itu sebenarnya orang cerdas. Namun dengan gayanya yang berbaju ada tambalannya itu dan hidup sederhana, bisa dikatakan Bahlul amatlah nyentrik.
Dan inilah salah satu kisahnya :
Diriwayatkan bahwa ada seseorang sedang menuntun seekor keledai yang bagus yang akan dipersembahkan untuk gubernur di Kufah. Para punggawa istana semua memuji keledai itu. Namun diantara yang hadir, ada seseorang yang bercanda dengan mengatakan “Aku siap mengajarkan keledai itu agar bisa membaca.”
Mendengar hal ini, sang gubernur berkata agak marah, “Kau yang berkata seperti itu! Sekarang juga harus memenuhi perkataanmu. Kalau kau berhasil mengajari hingga bisa membaca, maka aku akan memberimu imbalan yang besar. Namun, jika kau tidak bisa memenuhinya, maka akan kuberi hukuman cambuk 100 kali.
Orang itu menyesali leluconnya. Dengan tak berdaya, iapun meminta waktu dan gubernur memberikan waktu selama 10 hari.
Laki-laki itu membawa keledai ke rumahnya. Ia sangat bingung dan cemas, ia tak tahu apa yang harus dilakukannya. Dengan tak berdaya, ia tinggalkan keledai itu di rumah dan pergi ke pasar. Di perjalanan, ia bertemu dengan Bahlul kawan akrabnya, lalu ia meminta tolong kepada Bahlul dan menceritakan kepadanya tentang keledai itu.
Bahlul lalu berkata, “Itu adalah hal yang mudah bagiku, apapun yang aku katakana padamu, kerjakanlah!”
Lalu Bahlul memerintahkannya agar tidak memberi keledai itu rumput atau butiran gandum sepanjang hari. Bahlul juga memerintahkannya untuk meletakkan gandum diantara halaman-halaman buku, lalu Bahlul berkata, “letakkan buku itu di hadapannya dan bolak baliklah halamannya.
Karena lapar, keledai itupun akan mengambil apa yang ada diantara halaman-halaman buku itu. Ulangi terus tindakan itu selama satu minggu. Kemudian biarkan ia lapar pada hari kesepuluh. Dan ketika kau menghadap gubernur, bawalah buku yang sama beserta keledai itu. Pada hari itu, jangan letakkan gandum diantara halaman-halaman buku, lalu letakkan buku itu didepan keledai saat gubernur datang.”
Orang itu mengerjakan persis apa yang Bahlul ajarkan padanya. Ketika hari yang dijanjikan tiba, ia membawa buku dan keledai itu kepada gubernur. Dan di hadapan hadirin, ia letakkan buku tersebut di depan keledai.
Karena sangat lapar, keledai itu seperti biasa membolak-balik halaman buku untuk mencari gandum yang selalu ada diantara halaman-halaman buku tersebut.
Keledai itupun meringkik untuk mengekspresikan bahwa dia lapar. Sang gubernur dan orang-orang yang hadir tidak tahu kepandaian macam apa yang ada dibalik semua ini. Mereka semua percaya bahwa keledai itu benar-benar sedang membaca buku tersebut.
Semua orang terkejut atas kejadian ini.
Akhirnya, gubernur memenuhi janjinya dengan memberikan kepada orang itu berupa imbalan yang sangat besar.
Alhamdulillah !!!
Sampai jumpa dengan kisah si Bahlul yang lain.
0 komentar:
Posting Komentar